METODE ILMIAH,
SIKAP ILMIAH DAN LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL METODE ILMIAH
1.Metode Ilmiah
Pada uraian di muka kita telah mengetahui adanya perkembangan pola pikir
manusia dimulai dari zaman babylonia (kurang lebih 650 ) di mana orang percaya
kepada mitos, ramalan nasib berdasarkan perbintanga. Bahkan percaya adanya
banyak dewa. Ada dewa angin, dewa matahari, dewa petir dan sebagainya.
Pengetahuan itu mereka peroleh dengan berbagai cara, antara lain:
1)Prasangka, yaitu suatu anggapan benar padahal baru merupakan
kemungkinan benar atau kadang-kadang malah tidak mungkin benar.
Contoh : Pada zaman Babylonia, orang percaya bahwa hujan dapat
turun dari surga sampai ke bumi melalui jendela-jendela yang ada di langit.
Dengan perasangka , orang sering mengambil keputusan yang keliru. Prasangka
hanya berguna untuk mencari kemungkinan suatu kebenaran.
2)Intuisi, yaitu suatu pendapat seseorang yang diangkat dari
perngetahuannya terdahulu melalui suatu proses yang tak disadari. Jadi,
seolah-olah begitu saja muncul pendapat itu tanpa dipikir. Pengetahuan yang
dicapai dengan cara demikian sukar dipercaya, ungkapan-ungkapan sering juga
masuk akal namun belum tentu cocok dengan kenyataan.
Contoh : Seseorang astrolog di samping rumusannya sering
menggunakan intuisinya dalam memberikan ramalan nasib seseorang.
3) Trial and error, yaitu metode coba-coba atau
untung-untungan. Cara ini dapat di ibaratkan seperti seekor kera yang mencoba
meraih pisang dalam sebuah kerangkeng dari percobaan kohler, seorang psikolog
jerman. Kera itu dengan cara coba-coba akhirnya dapat juga meraih pisang dengan
menggunakan tongkat.
Pengetahuan pada manusia yang diperoleh melalui cara
ini banyak sekali, yaitu sejak zaman manusia purba sampai sekarang. Banyak pula
penemuan hasil “trial and error” sangat bermanfaat bagi manusia,
misalnya, ditemukannya rendaman kulit kina untuk obat malaria. Penemuan dengan
cara coba-coba ini jelas tidak efisien sebagai suatu cara untuk mencari
kebenaran.
Pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan
itu memenuhi empat syarat, yaitu : objektif,metodik,sistematik,dan berlaku
umum.
Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai
dengan objeknya. Maksudnya adalah bahwa kesesuaian atau dibuktikan dengan
hasil pengindraan atau empiri.
Contoh : Galileo dapat dianggap tokoh perintis pengetahuan
alam karena ia pembrani menentang kepercayaan yang ada pada masa itu yang
berlawanan dengan hasil pengamatannya. Ia mengejarkan kepada
murid-muridnya untuk tidak begitu saja mempercayai ajaran Aristoteles dan
hendaknya melakukan eksperimen sertamembuat kesimpulan atas hasil observasinya
itu. Singkatanya, Galileo menddambakan kebenaran yang objektif atas dasar
empiri.
Metodik, artinya pengetahuan itu
diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu dan terkontrol.
Sistematik, artinya pengetahuan itu
diperoleh dengan suatu sistem, tidak berdiri sendiri; satu dengan yang
lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan
satu kesatuan yang utuh.
Berlaku
umum, artinya pengetahuan itu tidak
hanya berlaku atau dapat di amati oleh seseoarang atau oleh beberapa orang
saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan
memperoleh hasil yang sama atau konsisten.
Contoh : Melalui teropongnya Galileo menemukan adanya
gunung-gunung di bulan. Pengetahuan ini tak hanya berlaku bagi Galileo tetapi
setiap orang bila menggunaan teropong yang sama, yaitu bahwa di bulan ada
gunung-gunung.
Ditinjau dari sejarah cara berfikir manusia, pada
dasarnya terdapat dua cara pokok untuk memperoleh pengetahuan yang benar, ialah
:
Cara
yang didasarkan pada rasio, paham yang dikembangkan dikenal dengan
rasionalisme,dan
Cara
yang didasarkan pada pengalaman, paham yang dikembangkan disebut
empirisme.
a) Rasionalisme
Descartes adalah pelopor dan tokoh rasionalme. Menurut
dia, rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian. Hanya rasio
sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran dan dapat memberi
pimpinan dalam segala jalan pikiran.
Dalam menyusun pengetahuannya, kaum rasionalis
mempergunakan metode deduktif. Dasar pikiran yang digunakan dalam penalarannya
di peroleh dari ide yang menurut anggapannya sudah jelas, tegas dan pasti,
dalam pikiran ’mengetahui’ ide tersebut, tetapi manusia tidak menciptakanya.
Sebelumnya manusia berusaha untuk memikirkannya, ide / prinsip ini sudah ada.
Menurut kaum rasionalis, fungsi pikiran manusia
hanyalah mengenai ide / prinsip tersebut, dan kemudian menjadi pengetahuannya.
Ide/prinsip yang sebelumnya memang sudah ada bersifat apriori tersebut, dapat
di ketahui manusia lewat kemampuan berfikir rasionalnya. Menurut pengalaman
mereka pengalaman tidak menghasilkan prinsip, tetapi sebaliknya, dengan
mengetahui prinsip yang di peroleh lewat penalaran rasional, maka manusia dapat
mengerti kejadian-kejadian yang terjadi / berlaku dalam alam sekitarnya.
Masalah utama yang terdapat dalam rasionalisme adalah
evaluasi terhadap kebenaran dasar-dasar pemikiran atau alasan-alasan yang
digunakan dalam penalaran deduktif. Dasar-dasar penalaran tersebut semuanya
bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak, terlepas dari segala
pengalaman. Dengan demikian, maka pemikiran rasional cendrung untuk bersifat
subjektifdan solipsistik, ialah hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu
yang berada dalam otak orang yang berpikir tersebut.
b) Empirisme
Kaum empirisme berpendapat bahwa pengetahuan manusia
tidak di peroleh lewat penalaran rasional yang abstrak, tetapi lewat pengalaman
yang konkret. Menurut anggapan mereka,gejala-gejala alam bersifat konkret dan
dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indra. Bagi kaum empiris, pernyataan ada
dan tidak adanya sesuatu harus memenuhi persyaratan pengujian. Pengujian
kebenaran-kebenaran dari fakta atau objek tersebut harus di dasarkan pada
pengelaman manusia.
Kaum emipiris berpegang pada prinsip keserupaan. Pada
dasarnya alam adalah teratur. Gejala-gejala alam berlangsung dengan pola-pola
tertentu. Pengetahuan tentang alam didasarkan pada persepsi mengenai hal
tersebut. Dengan mengetahui bagaimana sesuatu terjadi di masa lalu, atau dengan
mengetahui tingkah laku benda-benda tersebut sekarang, maka kita dapat
meramalkan kemungkinan tingkah lakunya di masa mendatang.
Kaum empiris juga menggunakan prinsip-prinsip
keserupaan;gejala-gejala yang berdasarkan pengalaman adalah identik atau sama,
maka dapat dibuat kesimpulan yang bersifat umum mengenai hal tersebut. Dengan
demikian maka di mungkinkan menyusun pengetahuan yang berlaku terhadap
gejala-gejala yang bersifat induvidual.
Dalam menyusun pengetahuan secara empiris timbul
berbagai masalah, di antaranya adalah bahwa pengetahuan yang di
kumpulkantersebut cendrung merupakan kumpulan fakta yang satu sama lainnya
belum tentu cocok. Bahkan mungkin terdapat hal-hal yang kontrakdiktif. Dengan
demikian maka kumpulan fakta yang satu sama lainnya belum tentu cocok. Bahkan
mungkin terdapat hal-hal yang kontradiktif. Dengan demikian maka kumpulan fakta
ataupun rangkaian dari berbagai fakta belum tentu menunjukkan pengetahuan yang
sistematis.
Terdapat juga masalah yang bersangkutan dengan hakikat pengalaman. Kaum empiris
sendiri tidak dapat memberikan jawaban yang meyakinkan tentang hakikat
pengalaman ini, merupakan stimulus panca indra ini diandalkan sebagai alat yang
nyata? Kita semu telah mengetahui bahwa kemampuan panca indra sangat terbatas
dan tidak sempurna. Segala sesuatu yang di laporkan dari hasil kerja panca
indra ini tidak selalu benar.
2. Sikap Ilmiah
Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap
ilmiah. Orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap ilmiah
yang antara lain ialah :
1) Jujur
Seorang ilmuan wajib melaporkan hasil pengamatannya
secara objektif. Seorang ilmuwan dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja
tidak lebih jujur dari manusia lainnya. Tetapi dalam penelaan ilmiah ada
hal-hal yang memaksa pada ilmuwan, yakni yang kita sebut faktor kontrol.
Disamping kontrol internal ada pula kontrol eksternal.
Dalam hal ini ilmuwan lain akan mengulangi penelitian ilmuan pertama dengan
kondisi yang di buat serupa. Seterusnya ilmuan ketiga dapat pula menguji
penelitian di atas. Karena itu laporan ilmuan haruslah sejujur-jujurnya dan
penelitian menjadi terbuka untuk pengulangan. Memang seorang ilmuan harus jujur
dalam melaksanakan laporan penelitiannya.
2) Terbuka
Seorang ahli endokrinologi (ilmu kelenjaran dalam)
untuk hewan amfibia, john cortelyou telah dipih sebagai sekretarissuatu
organisasi ini khusus di didirikan bagi ilmuwan katolik. Tindakan
pertama yang dilakukan John Cortelyou ialah membubarkan jawaban ia berkata,
“Tidak ada kodok katolik di dunia ini”.
Seorang ilmuwan mempunyai pandangan luas, terbuka,
bebas praduga. Ia meyakini bahwa prasangka, kebencian baik pribadi maupun
golongan dan pembunuhan adalah sangat kejam. Ia tidak akan berusaha memperoleh
dugaan bagi buah pikirannya atas dasar prasangka. Ia akan terus berusaha
mengetahui kebenaran tentang alam, materi, moral, politik, ekonomi, dan tentang
hidup. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan mengerhagai setiap
gagasan baru dan menguji sebelum di terima atau di tolak.jadi ia terbuka akan
pendapat orang lain.
3) Toleran
Seorang ilmuan tidak merasa bahwa ia paling hebat. Ia
bahkan bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin lebih banyak pengetahuannya,
bahwa pendapatnya mungkin saja bersedia menerima gagasan orang lain setelah
diuji. Dalam usaha menambah ilmu ia bersedia belajar dari orang lain. Ia tidak
akan memaksakan pendapatnya dengan orang lain. Ia tidak akan memaksakan pendapatnya
dengan orang lain. Ia dari sikap angkuh.
4) Skeptis
Ilmuwan pencari kebenaran akan bersikap hati-hati,
meragui, skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-bukti yang melatarblakangi suatu
kesimpulan. Ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk memperoleh data yang
menjadi dasar suatu kesimpulan tanpa bukti-bukti yang kuat.
Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh orang yang
berniat memecahkan masalah. Bila ia tidak kritis mengenai setiap informasi yang
ia peroleh, mungkin ada informasi yang ia peroleh, mungkin ada informasi yang
salah hingga menimbulkan akibat suatu kesumpulan yang salah. Karena itu, setiap
informasi perlu diuji kebenarannya perlu dicek. Informasi memerlukan
verifikasi. Setelah bukti-bukti cukup, ilmuwan baru boleh mengambil kesimpulan
dan akhirnya memberikan keputusan.
5) Optimis
Seorang ilmuwan selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan berkata
bahwa sesuatu itu tidak dapat dikerjakan tetapi akan mengatakan, “berikan saya
sesuatu kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan”. Ia selalu
optimis.
Rasa humor seorang ilmuwan ada hubungannya dengan
tingkat kecerdasan maupun sikap optimis seseorang. John Von Neuman
seorang ahli matematika ditugaskan membuat komputer untuk perhitungan yang
diperlukan sewaktu membuat bom hidrogen. Setelah selesai pesawat itu diserahkan
dan dicoba di gunakan, maka alat itu ia beri nama mathematichal
analyzer,Numerical Integrator and Computer, di singkat MANIAC.
6) Pemberani
Ilmu merupakan hasil usaha keras dan sifat personal.
Ilmuwan sebagai pencari kebenaran akan berani melawan semua ketidakbenaran,
penipuan, kepura-puraan, kemunafikan, dan kebatilan yang akan menghambat
kemajuan.
Keberanian Copernicus, Galileo, dan Socrates telah
banyak di ketahui orang. Copernicus dan Galileo disisihkan karena tidak
mempercayai bahwa bumiadalah pusat alam semesta; tetapi menganggap mataharilah
yang menjadi pusat tempat bumi dan planet-planet lainnya berputar. Socrates
memilih mati meminum racun dari pada menerima hal salah.
Profesor Peabody memberikan kuliah terakhir tentang
“perawatan orang sakit”. Kuliah ini sangat jelas, penuh rasa belas kasih,
sehingga berkali-kali dicetak ulang. Pada saat kuliah itu ia baru berumur 46
tahun,segar bugar kelihatannya. Uraian kuliahnya sangat berisi, cermat, dan
disampaikan dengan pasih. Pendengaranya tidak mengetahui bahwa dibalk
ketenangan itu peabody mengidap kanker ganas yang yang telah di derita, di
tekuni, dan dipahami sepenuh arti medis mengenai setiap gejala kanker yang
dialaminya. Sehari sebelum ia meninggal ia menulis sendiri laporan penyakitnya.
Itulah ketabahan ilmuwan yang dapat ditunjukan.
7) Kreatif
Ilmuwan dalam mengembangkan ilmunya kreatif. Louis
AL-Veres, ilmuwan fisika Berkeley, juga peman golf, mengkreasi “analisator
stroboskop” untuk meningkatkan cara bermain golf. Dengan alat itu pada
pemukulan dapat diteliti. Kepada Presiden Eisen Hower, yang juga terkenal
pemain golf, ia menghadiahkan alat serupa. Sejak itu ia memegang peten untuk
pembuatan analisator stroboskop tadi.
Langkah –Langkah Operasional Metode Ilmiah
Salah satu syarat ilmu pengetahuan ialah bahwa materi
pengetahuan itu harus diperoleh melalui metode ilmiah. Ini berarti bahwa cara
menperoleh pengetahuan itu menentukan apakah pengetahuan itu termasuk ilmiah
atau tidak. Metode ilmiah tentu saja harus menjamin akan menghasilkan
pengetahun yang ilmiah, yaitu yang bercirikan objektifitas, konsisten, dan
sistematik.
Langkah –langkah operasionalnya adalah sebagai berikut
:
1) Perumusan masalah
Yang dimaksud dengan perumusan masalah disini adalah merupakan
pernyataan apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang objek yang di teliti.
Masalah itu harus jelas batas-batasnya serta dikenal faktor-faktor yang
mem-pengaruhinya.
2) Penyusunan hipotesis
Yang dimaksud dengan hipotesis adalah suatu pernyataan
yang menunjukan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang
telah ditetapkan. Dengan kata lain, hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja
didukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat di pandang sebagai
jawaban sementara dari permasalahan yang harus diuji kebenarannya dalam suatu
observasi atau eksperimentasi.
3) Pengujian hipotesis
Yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang
relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah
fakta-fakta yang mendukung dipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat
diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau melalui teleskop atau
dapat juga melalui uji coba atau eksperimentasi, kemudian fakta-fakta itu
dikumpulkan melalui pengindraan.
4) Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan ini didasarkan atas penilaian
melalui analisis dari fakta-fakta (data), untuk melihat apakah hipotesis yang
diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima bila fakta-fakta
yang di kumpulkan itu mendukung pernyataan hipotesis. Bila fakta-fakta tidak
mendukung maka hipotesis itu di tolak. Hipotesis yang di terima merupakan suatu
pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan merupakan bagian
dari pengetahuan.
Berdasarkan atas peraturan yang demikian itu. Adapun
menurut Drs.Maskoeri Jasin langkah-langkah penerapan metode
ilmiah itu ada tiga yaitu:
1) Menetukan dan memberikan batasan kepada
masalah.
Masalah yang di hadapi atau ditemukan ketika
mengadakan kontak dengan fakta dan gejala alam harus di ketahui dengan pasti.
Kemudian disusun suatu rumusan yang tepat akan masalanya. Ini akan memberi
bantuan dalam mencari jalan menemukan data, yakni fakta-fakta yang
terorganisasi yang relevan untuk memecahkan masalah itu. Pengalaman menunjukkan
bahwa seringkali kita telah menumpulkan data tanpa mengetahui dengan tepat
masalah yang kita hadapi secara benar.
2) Menentukan hipotesis atau rumusan pemecahan
masalah yang bersifat sementara.
Adapun dua pendekatan untuk memperoleh hipotesis, atau
dugaan yang mungkin benar, yaitu rumusan atau pernyataan untuk memecahkan
masalah. Pendekatan pertama, yang disebut pendekatan induksi, di awali dengan
pengumpulan data yang didapat dari observasi dan pengumpulan data yang dudapat
dari observasi dan kemudian data yang di dapat dari observasi dan kemudian
menggunakan data itu bagai dasar perumusan hipotesis ( jamak : hipotesa ).
Metode deduktif, sebagai pendekatan yang kedua, dimulai dengan hiptesis, bukan
dari pengumpulan data. Jadi pendekatan deduktif itu merupakan lawan dari
pendekatan induktif, keduannya akan saling melengkapi.
Kedua pendekatan itu masing-masing mempunyai
kesempurnaan yang sama. Yang penting bukan pendekatan mana yang didahulukan
tetapi keduannya dapat dipergunakan terhadap pengujian dan pemeriksaan.
Kebanyakan generalisasi Ilmu Alamiah dihasilkan dari penerapan pendekatan
induktif, tetapi dengan pendekatan deduktif merupakan cara yang lebih
sederhana, khususnya jika kita bersangkutandengan situasiyang sudah dikenal.
Pendekatan induktif berlangsung dari jumlah besar fakta-fakta baru.
3) Menguji dan mengadakan verifikasi kesimpulan
Salah satu unsur keberhasilan Ilmu alamiah dalam
memecahkan masalah ialah bahwa ilmu alamiah tidak menerima
kesimpulan-kesimpulan sendiri, tidak memandang dapat dipercaya atau luasnya
data sampailah kit pada generalisasi atau sifat keteraturan, yaitu suatu
pernyataan umum berhubung dengan prilaku yang umum bagi sejumlah besar hal
(kasus). Generalisasi itu sekedar mnyatakan apa yang kita harapkan akan terjadi
dalam kondisi tertentu karena generalisasi itu selalu terjadi dalam kondisi
tersebut. Bila kondisi baru diketemukan, pernyataan umum yang disebut hukum
akan direvisi untuk memperhitungkan pua kondisi itu.
Tidak ada pendapat manusia yang sempurna, karena itu
tidak ada generalisasi yang dianggap sempurna, walaupun generalisasi itu
berdasarkan data yang sangat sempurna. Semua generalisasi keilmuan dapat
diselidiki secara kritis oleh banyak peneliti, dan dalam kondisi tertentu
mungki generalisasi itu tidak benar. Generalisasi yang tahan terhadap ujian
waktu dan pengalaman, diterima sebagai hal yang benar dan disebut hukum.
Kebanyakan hukum telah revisi bila ada informasi yang di perlihatkan bahwa
hukum-hukum itu tidak tepat atau kurang mencukupi.
Hukum sipil dapat diubah atau di hapuskan. Seseorang
dapat saja berlaku berlawanan dengan hukum atau aturan-aturan tanpa mendapat
hukuman. Dan dalam kenyataannya sukar sekali hidup tanpa melawan hukum itu.
Hukum sipil memerlukan dukungan pendapat publik agar hukum bisa berlaku
efektif. Hukum sipil mencangkup suatu perintah atau kewajiban sedangkan
hukum keilmuan merupakan suatu pernyataan, uraian dan bukan perintah.
3. Keterbatasan dan Keunggulan
Metode Ilmiah
1) Keterbatasan
Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan pengetahuan yang
ilmiah. Kita telah mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil
kesimpulan ilmiah itu berasal dari pengamatan. Kita mengetahui pula bahwa panca
indra kita juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta,
sehingga tidak disangsikan lagi bahwa fakta-fakta yang dikumpulkan adalah
keliru dari suatu kesimpulan Ilmiah tetap ada. Karena itu, semua kesmpulan
ilmiah atau dengan kata lain kebenaran ilmu pengetahuan termasuk ilmu pengetahuan
alam ( IPA ) bersifat tentatif. Artinya sebelum ada kebenaran ilmu yang
dapat menolak kesimpulan itu , maka kesimpulan itu di anggap benar. Sebaliknya,
kesimpulan ilmiah yang dapat menolak kesimpulan terdahulu menjadi kebenaran
ilmu yang baru, sehingga tidak mustahil suatu kesimpulan ilmiah bisa saja
berubah sesuai denganperkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Tidak demikian
halnya dengan pengetahuan yang didapat dari wahyu ilahi. Kebenaran dari
pengetahuan ini bersifat mutlak, artinya tidak akan berubah sepanjang masa.
Metode ilmiah memang sanggup menjangkau untuk menuji adanya Tuhan;
metode ilmiah juga tidak dapat menjankau untuk membuat kesimpulan berkenaan
dengan baik dan tidak buruk atau sistem nilai, juga tidak dapat menjangkau
tentang seni dan keindahan.
2) Keunggulan
Seperti telah dijelaskan di muka ciri khas ilmu
pengetahuan (termasuk IPA) yang sifatnya objektif, metodik sistematik dan
berlaku umum itu akan membimbing kita padasikap ilmiah yang terpuji sebagai
berikut :
a) Mencintai kebenaran yang objektif, bersikap adil
dan itu semua akan menjurus ke arah hidup yang bahagia..
b) Menyadari bahwa kebenaran ilmu itu tidak absout,
hal ini dapat menjurus kearah mencari kebenaran itu terus menerus.
c) Dengan ilmu pengetahuan, orang lalu tidak percaya
pada takhayul, astrologi maupun untung-untungan karena segala suatu proses yang
teratur.
d) Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak
berfikir secara prasangka, tetapi berfikir secara terbuka atau objektif, suka
menerima pendapat orang lain atau bersikap toleran.
e) Metode ilmiah membimbing kita untuk tidak percaya
begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata.
f) Metode ilmiah juga membimbing kita selalu bersikap
optimis, teliti dan berani membuat pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah
kita adalah benar.