Rabu, 01 Agustus 2012


METODE ILMIAH, SIKAP ILMIAH DAN LANGKAH-LANGKAH OPERASIONAL METODE ILMIAH

1.Metode Ilmiah

                Pada uraian di muka kita telah mengetahui adanya perkembangan pola pikir manusia dimulai dari zaman babylonia (kurang lebih 650 ) di mana orang percaya kepada mitos, ramalan nasib berdasarkan perbintanga. Bahkan percaya adanya banyak dewa. Ada dewa angin, dewa matahari, dewa petir dan sebagainya. Pengetahuan itu mereka peroleh dengan berbagai cara, antara lain:

1)Prasangka, yaitu suatu anggapan benar padahal baru merupakan kemungkinan benar atau kadang-kadang malah tidak mungkin benar.

Contoh : Pada zaman Babylonia, orang percaya bahwa hujan dapat turun dari surga sampai ke bumi melalui jendela-jendela yang ada di langit. Dengan perasangka , orang sering mengambil keputusan yang keliru. Prasangka hanya berguna untuk mencari kemungkinan suatu kebenaran.

2)Intuisi, yaitu suatu pendapat seseorang yang diangkat dari perngetahuannya terdahulu melalui suatu proses yang tak disadari. Jadi, seolah-olah begitu saja muncul pendapat itu tanpa dipikir. Pengetahuan yang dicapai dengan cara demikian sukar dipercaya, ungkapan-ungkapan sering juga masuk akal namun belum tentu cocok dengan kenyataan.

Contoh : Seseorang astrolog di samping rumusannya sering menggunakan intuisinya dalam memberikan ramalan nasib seseorang.

3) Trial and error, yaitu metode coba-coba atau untung-untungan. Cara ini dapat di ibaratkan seperti seekor kera yang mencoba meraih pisang dalam sebuah kerangkeng dari percobaan kohler, seorang psikolog jerman. Kera itu dengan cara coba-coba akhirnya dapat juga meraih pisang dengan menggunakan tongkat.

Pengetahuan pada manusia yang diperoleh melalui cara ini banyak sekali, yaitu sejak zaman manusia purba sampai sekarang. Banyak pula penemuan hasil “trial and error” sangat bermanfaat bagi manusia, misalnya, ditemukannya rendaman kulit kina untuk obat malaria. Penemuan dengan cara coba-coba ini jelas tidak efisien sebagai suatu cara untuk mencari kebenaran.

Pengetahuan dapat dikatakan ilmiah bila pengetahuan itu memenuhi empat syarat, yaitu : objektif,metodik,sistematik,dan berlaku umum.

  1. Objektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya. Maksudnya adalah bahwa kesesuaian atau dibuktikan dengan hasil pengindraan atau empiri.

Contoh : Galileo dapat dianggap tokoh perintis pengetahuan alam karena ia pembrani menentang kepercayaan yang ada pada masa itu yang berlawanan dengan  hasil pengamatannya. Ia mengejarkan kepada murid-muridnya untuk tidak begitu saja mempercayai ajaran Aristoteles dan hendaknya melakukan eksperimen sertamembuat kesimpulan atas hasil observasinya itu. Singkatanya, Galileo menddambakan kebenaran yang objektif atas dasar empiri.

  1. Metodik, artinya pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu dan terkontrol.

  2. Sistematik, artinya pengetahuan itu diperoleh dengan suatu sistem, tidak berdiri sendiri; satu dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.

  3. Berlaku umum, artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku atau dapat di amati oleh seseoarang atau oleh beberapa orang saja, tetapi semua orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

Contoh : Melalui  teropongnya Galileo menemukan adanya gunung-gunung di bulan. Pengetahuan ini tak hanya berlaku bagi Galileo tetapi setiap orang bila menggunaan teropong yang  sama, yaitu bahwa di bulan ada gunung-gunung.

Ditinjau dari sejarah cara berfikir manusia, pada dasarnya terdapat dua cara pokok untuk memperoleh pengetahuan yang benar, ialah :

  1. Cara yang didasarkan pada rasio, paham yang dikembangkan dikenal dengan rasionalisme,dan

  2. Cara yang didasarkan pada pengalaman, paham yang dikembangkan disebut empirisme.

a)      Rasionalisme

Descartes adalah pelopor dan tokoh rasionalme. Menurut dia, rasio merupakan sumber dan pangkal dari segala pengertian. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang pada kebenaran dan dapat memberi pimpinan  dalam segala jalan pikiran.

Dalam menyusun pengetahuannya, kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif. Dasar pikiran yang digunakan dalam penalarannya di peroleh dari ide yang menurut anggapannya sudah jelas, tegas dan pasti, dalam pikiran ’mengetahui’ ide tersebut, tetapi manusia tidak menciptakanya. Sebelumnya manusia berusaha untuk memikirkannya, ide / prinsip ini sudah ada.

Menurut kaum rasionalis, fungsi pikiran manusia hanyalah mengenai ide / prinsip tersebut, dan kemudian menjadi pengetahuannya. Ide/prinsip yang sebelumnya memang sudah ada bersifat apriori tersebut, dapat di ketahui manusia lewat kemampuan berfikir rasionalnya. Menurut pengalaman mereka pengalaman tidak menghasilkan prinsip, tetapi sebaliknya, dengan mengetahui prinsip yang di peroleh lewat penalaran rasional, maka manusia dapat mengerti kejadian-kejadian yang terjadi / berlaku dalam alam sekitarnya.

Masalah utama yang terdapat dalam rasionalisme adalah evaluasi terhadap kebenaran dasar-dasar pemikiran atau alasan-alasan yang digunakan dalam penalaran deduktif. Dasar-dasar penalaran tersebut semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak, terlepas dari segala pengalaman. Dengan demikian, maka pemikiran rasional cendrung untuk bersifat subjektifdan solipsistik, ialah hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berada dalam otak orang yang berpikir tersebut.

b)      Empirisme

Kaum empirisme berpendapat bahwa pengetahuan manusia tidak di peroleh lewat penalaran rasional yang abstrak, tetapi lewat pengalaman yang konkret. Menurut anggapan mereka,gejala-gejala alam bersifat konkret dan dapat dinyatakan lewat tangkapan panca indra. Bagi kaum empiris, pernyataan ada dan tidak adanya sesuatu harus memenuhi persyaratan pengujian. Pengujian kebenaran-kebenaran dari fakta atau objek tersebut harus di dasarkan pada pengelaman manusia.

Kaum emipiris berpegang pada prinsip keserupaan. Pada dasarnya alam adalah teratur. Gejala-gejala alam berlangsung dengan pola-pola tertentu. Pengetahuan tentang alam didasarkan pada persepsi mengenai hal tersebut. Dengan mengetahui bagaimana sesuatu terjadi di masa lalu, atau dengan mengetahui tingkah laku benda-benda tersebut sekarang, maka kita dapat meramalkan kemungkinan tingkah lakunya di masa mendatang.

Kaum empiris juga menggunakan prinsip-prinsip keserupaan;gejala-gejala yang berdasarkan pengalaman adalah identik atau sama, maka dapat dibuat kesimpulan yang bersifat umum mengenai hal tersebut. Dengan demikian maka di mungkinkan menyusun pengetahuan yang berlaku terhadap gejala-gejala yang bersifat induvidual.

Dalam menyusun pengetahuan secara empiris timbul berbagai masalah, di antaranya adalah bahwa pengetahuan yang di kumpulkantersebut cendrung merupakan kumpulan fakta yang satu sama lainnya belum tentu cocok. Bahkan mungkin terdapat hal-hal yang kontrakdiktif. Dengan demikian maka kumpulan fakta yang satu sama lainnya belum tentu cocok. Bahkan mungkin terdapat hal-hal yang kontradiktif. Dengan demikian maka kumpulan fakta ataupun rangkaian dari berbagai fakta belum tentu menunjukkan pengetahuan yang sistematis.

                Terdapat juga masalah yang bersangkutan dengan hakikat pengalaman. Kaum empiris sendiri tidak dapat memberikan jawaban yang meyakinkan tentang hakikat pengalaman ini, merupakan stimulus panca indra ini diandalkan sebagai alat yang nyata? Kita semu telah mengetahui bahwa kemampuan panca indra sangat terbatas dan tidak sempurna. Segala sesuatu yang di laporkan dari hasil kerja panca indra ini tidak selalu benar.

2. Sikap Ilmiah

                    Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain ialah :

1)      Jujur

Seorang ilmuan wajib melaporkan hasil pengamatannya secara objektif. Seorang ilmuwan dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja  tidak lebih jujur dari manusia lainnya. Tetapi dalam penelaan ilmiah ada hal-hal yang memaksa pada ilmuwan, yakni yang kita sebut faktor kontrol.

Disamping kontrol internal ada pula kontrol eksternal. Dalam hal ini ilmuwan lain akan mengulangi penelitian ilmuan pertama dengan kondisi yang di buat serupa. Seterusnya ilmuan ketiga dapat pula menguji penelitian di atas. Karena itu laporan ilmuan haruslah sejujur-jujurnya dan penelitian menjadi terbuka untuk pengulangan. Memang seorang ilmuan harus jujur dalam melaksanakan laporan penelitiannya.

2)      Terbuka

Seorang ahli endokrinologi (ilmu kelenjaran dalam) untuk hewan amfibia, john cortelyou telah dipih sebagai sekretarissuatu organisasi ini khusus di didirikan bagi ilmuwan katolik. Tindakan pertama yang dilakukan John Cortelyou ialah membubarkan jawaban ia berkata, “Tidak ada kodok katolik di dunia ini”.

Seorang ilmuwan mempunyai pandangan luas, terbuka, bebas praduga. Ia  meyakini bahwa prasangka, kebencian baik pribadi maupun golongan dan pembunuhan adalah sangat kejam. Ia tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah pikirannya atas dasar prasangka. Ia akan terus berusaha mengetahui kebenaran tentang alam, materi, moral, politik, ekonomi, dan tentang hidup. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan mengerhagai setiap gagasan baru dan menguji sebelum di terima atau di tolak.jadi ia terbuka akan pendapat orang lain.

3)      Toleran

Seorang ilmuan tidak merasa bahwa ia paling hebat. Ia bahkan bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin lebih banyak pengetahuannya, bahwa pendapatnya mungkin saja bersedia menerima gagasan orang lain setelah diuji. Dalam usaha menambah ilmu ia bersedia belajar dari orang lain. Ia tidak akan memaksakan pendapatnya dengan orang lain. Ia tidak akan memaksakan pendapatnya dengan orang lain. Ia dari sikap angkuh.

4)      Skeptis

Ilmuwan pencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-bukti yang melatarblakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan tanpa bukti-bukti yang kuat.

Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh orang yang berniat memecahkan masalah. Bila ia tidak kritis mengenai setiap informasi yang ia peroleh, mungkin ada informasi yang ia peroleh, mungkin ada informasi yang salah hingga menimbulkan akibat suatu kesumpulan yang salah. Karena itu, setiap informasi perlu diuji kebenarannya perlu dicek. Informasi memerlukan verifikasi. Setelah bukti-bukti cukup, ilmuwan baru boleh mengambil kesimpulan dan akhirnya memberikan keputusan.

5)      Optimis

Seorang ilmuwan selalu berpengharapan baik. Ia tidak akan berkata bahwa sesuatu itu tidak dapat dikerjakan tetapi akan mengatakan, “berikan saya sesuatu kesempatan untuk memikirkan dan mencoba mengerjakan”. Ia selalu optimis.

Rasa humor seorang ilmuwan ada hubungannya dengan tingkat kecerdasan maupun sikap optimis seseorang. John Von Neuman seorang ahli matematika ditugaskan membuat komputer untuk perhitungan yang diperlukan sewaktu membuat bom hidrogen. Setelah selesai pesawat itu diserahkan dan dicoba di gunakan, maka alat itu ia beri nama mathematichal analyzer,Numerical Integrator and Computer, di singkat MANIAC.

6)      Pemberani

Ilmu merupakan hasil usaha keras dan sifat personal. Ilmuwan sebagai pencari kebenaran akan berani melawan semua ketidakbenaran, penipuan, kepura-puraan, kemunafikan, dan kebatilan yang akan menghambat kemajuan.

Keberanian Copernicus, Galileo, dan Socrates telah banyak di ketahui orang. Copernicus dan Galileo disisihkan karena tidak mempercayai bahwa bumiadalah pusat alam semesta; tetapi menganggap mataharilah yang menjadi pusat tempat bumi dan planet-planet lainnya berputar. Socrates memilih mati meminum racun dari pada menerima hal salah.

Profesor Peabody memberikan kuliah terakhir tentang “perawatan orang sakit”. Kuliah ini sangat jelas, penuh rasa belas kasih, sehingga berkali-kali dicetak ulang. Pada saat kuliah itu ia baru berumur 46 tahun,segar bugar kelihatannya. Uraian kuliahnya sangat berisi, cermat, dan disampaikan dengan pasih. Pendengaranya tidak mengetahui bahwa dibalk ketenangan itu peabody mengidap kanker ganas yang yang telah di derita, di tekuni, dan dipahami sepenuh arti medis mengenai setiap gejala kanker yang dialaminya. Sehari sebelum ia meninggal ia menulis sendiri laporan penyakitnya. Itulah ketabahan ilmuwan yang dapat ditunjukan.

7)      Kreatif

Ilmuwan dalam mengembangkan ilmunya kreatif. Louis AL-Veres, ilmuwan fisika Berkeley, juga peman golf, mengkreasi “analisator stroboskop” untuk meningkatkan cara bermain golf. Dengan alat itu pada pemukulan dapat diteliti. Kepada Presiden Eisen Hower, yang juga terkenal pemain golf, ia menghadiahkan alat serupa. Sejak itu ia memegang peten untuk pembuatan analisator stroboskop tadi.

Langkah –Langkah Operasional Metode Ilmiah

Salah satu syarat ilmu pengetahuan ialah bahwa materi pengetahuan itu harus diperoleh melalui metode ilmiah. Ini berarti bahwa cara menperoleh pengetahuan itu menentukan apakah pengetahuan itu termasuk ilmiah atau tidak. Metode ilmiah tentu saja harus menjamin akan menghasilkan pengetahun yang ilmiah, yaitu yang bercirikan objektifitas, konsisten, dan sistematik.

Langkah –langkah operasionalnya adalah sebagai berikut :

1)      Perumusan masalah

Yang dimaksud dengan perumusan masalah disini adalah merupakan pernyataan apa, mengapa, ataupun bagaimana tentang objek yang di teliti. Masalah itu harus jelas batas-batasnya serta dikenal faktor-faktor yang mem-pengaruhinya.

2)      Penyusunan hipotesis

Yang dimaksud dengan hipotesis adalah suatu pernyataan yang menunjukan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, hipotesis merupakan dugaan yang tentu saja didukung oleh pengetahuan yang ada. Hipotesis juga dapat di pandang sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang harus diuji kebenarannya dalam suatu observasi atau eksperimentasi.

3)      Pengujian hipotesis

Yaitu berbagai usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang telah diajukan untuk dapat memperlihatkan apakah fakta-fakta yang mendukung dipotesis tersebut atau tidak. Fakta-fakta ini dapat diperoleh melalui pengamatan langsung dengan mata atau melalui teleskop atau dapat juga melalui uji coba atau eksperimentasi, kemudian fakta-fakta itu dikumpulkan melalui pengindraan.

4)      Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan ini didasarkan atas penilaian melalui analisis dari fakta-fakta (data), untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan itu diterima atau tidak. Hipotesis itu dapat diterima bila fakta-fakta yang di kumpulkan itu mendukung pernyataan hipotesis. Bila fakta-fakta tidak mendukung maka hipotesis itu di tolak. Hipotesis yang di terima merupakan suatu pengetahuan yang kebenarannya telah diuji secara ilmiah, dan merupakan bagian dari pengetahuan.

Berdasarkan atas peraturan yang demikian itu. Adapun menurut Drs.Maskoeri Jasin  langkah-langkah penerapan metode ilmiah itu ada tiga yaitu:

1)  Menetukan dan memberikan batasan kepada masalah.

Masalah yang di hadapi atau ditemukan ketika mengadakan kontak dengan fakta dan gejala alam harus di ketahui dengan pasti. Kemudian disusun suatu rumusan yang tepat akan masalanya. Ini akan memberi bantuan dalam mencari jalan menemukan data, yakni fakta-fakta yang terorganisasi yang relevan untuk memecahkan masalah itu. Pengalaman menunjukkan bahwa seringkali kita telah menumpulkan data tanpa mengetahui dengan tepat masalah yang kita hadapi secara benar.

2)  Menentukan hipotesis atau rumusan pemecahan masalah yang bersifat sementara.

Adapun dua pendekatan untuk memperoleh hipotesis, atau dugaan yang mungkin benar, yaitu rumusan atau pernyataan untuk memecahkan masalah. Pendekatan pertama, yang disebut pendekatan induksi, di awali dengan pengumpulan data yang didapat dari observasi dan pengumpulan data yang dudapat dari observasi dan kemudian data yang di dapat dari observasi dan kemudian menggunakan data itu bagai dasar perumusan hipotesis ( jamak : hipotesa ). Metode deduktif, sebagai pendekatan yang kedua, dimulai dengan hiptesis, bukan dari pengumpulan data. Jadi pendekatan deduktif itu merupakan lawan dari pendekatan induktif, keduannya akan saling melengkapi.

Kedua pendekatan itu masing-masing mempunyai kesempurnaan yang sama. Yang penting bukan pendekatan mana yang didahulukan tetapi keduannya dapat dipergunakan terhadap pengujian dan pemeriksaan. Kebanyakan generalisasi Ilmu Alamiah dihasilkan dari penerapan pendekatan induktif, tetapi dengan pendekatan deduktif merupakan cara yang lebih sederhana, khususnya jika kita bersangkutandengan situasiyang sudah dikenal. Pendekatan induktif berlangsung dari jumlah besar fakta-fakta baru.

3)  Menguji dan mengadakan verifikasi kesimpulan

Salah satu unsur keberhasilan Ilmu alamiah dalam memecahkan masalah ialah bahwa ilmu alamiah tidak menerima kesimpulan-kesimpulan sendiri, tidak memandang dapat dipercaya atau luasnya data sampailah kit pada generalisasi atau sifat keteraturan, yaitu suatu pernyataan umum berhubung dengan prilaku yang umum bagi sejumlah besar hal (kasus). Generalisasi itu sekedar mnyatakan apa yang kita harapkan akan terjadi dalam kondisi tertentu karena generalisasi itu selalu terjadi dalam kondisi tersebut. Bila kondisi baru diketemukan, pernyataan umum yang disebut hukum akan direvisi untuk memperhitungkan pua kondisi itu.

Tidak ada pendapat manusia yang sempurna, karena itu tidak ada generalisasi yang dianggap sempurna, walaupun generalisasi itu berdasarkan data yang sangat sempurna. Semua generalisasi keilmuan dapat diselidiki secara kritis oleh banyak peneliti, dan dalam kondisi tertentu mungki generalisasi itu tidak benar. Generalisasi yang tahan terhadap ujian waktu dan pengalaman, diterima sebagai hal yang benar dan disebut hukum. Kebanyakan hukum telah revisi bila ada informasi yang di perlihatkan bahwa hukum-hukum itu tidak tepat atau kurang mencukupi.

Hukum sipil dapat diubah atau di hapuskan. Seseorang dapat saja berlaku berlawanan dengan hukum atau aturan-aturan tanpa mendapat hukuman. Dan dalam kenyataannya sukar sekali hidup tanpa melawan hukum itu. Hukum sipil memerlukan dukungan pendapat publik agar hukum bisa berlaku efektif. Hukum sipil mencangkup suatu perintah  atau kewajiban sedangkan hukum keilmuan merupakan suatu pernyataan, uraian dan bukan perintah.

3. Keterbatasan   dan  Keunggulan Metode Ilmiah

1)      Keterbatasan

Dengan metode ilmiah dapat dihasilkan pengetahuan yang ilmiah. Kita telah mengetahui bahwa data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan ilmiah itu berasal dari pengamatan. Kita mengetahui pula bahwa panca indra kita juga mempunyai keterbatasan kemampuan untuk menangkap suatu fakta, sehingga tidak disangsikan lagi bahwa fakta-fakta yang dikumpulkan adalah keliru dari suatu kesimpulan Ilmiah tetap ada. Karena itu, semua kesmpulan ilmiah atau dengan kata lain kebenaran ilmu pengetahuan termasuk ilmu pengetahuan alam ( IPA ) bersifat tentatif. Artinya sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan itu , maka kesimpulan itu di anggap benar. Sebaliknya, kesimpulan ilmiah yang dapat menolak kesimpulan terdahulu menjadi kebenaran ilmu yang baru, sehingga tidak mustahil suatu kesimpulan ilmiah bisa saja berubah sesuai denganperkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Tidak demikian halnya dengan pengetahuan yang didapat dari wahyu ilahi. Kebenaran dari pengetahuan ini bersifat mutlak, artinya tidak akan berubah sepanjang masa.

Metode ilmiah memang sanggup menjangkau untuk menuji adanya Tuhan; metode ilmiah juga tidak dapat menjankau untuk membuat kesimpulan berkenaan dengan baik dan tidak buruk atau sistem nilai, juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan.

2)      Keunggulan

Seperti telah dijelaskan di muka ciri khas ilmu pengetahuan (termasuk IPA) yang sifatnya objektif, metodik sistematik dan berlaku umum itu akan membimbing kita padasikap ilmiah yang terpuji sebagai berikut :

a) Mencintai kebenaran yang objektif, bersikap adil dan itu semua akan menjurus ke arah hidup yang bahagia..

b) Menyadari bahwa kebenaran ilmu itu tidak absout, hal ini dapat menjurus kearah mencari kebenaran itu terus menerus.

c) Dengan ilmu pengetahuan, orang lalu tidak percaya pada takhayul, astrologi maupun untung-untungan karena segala suatu proses yang teratur.

d) Ilmu pengetahuan membimbing kita untuk tidak berfikir secara prasangka, tetapi berfikir secara terbuka atau objektif, suka menerima pendapat orang lain atau bersikap toleran.

e) Metode ilmiah membimbing kita untuk tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya bukti-bukti yang nyata.

f) Metode ilmiah juga membimbing kita selalu bersikap optimis, teliti dan berani membuat pernyataan yang menurut keyakinan ilmiah kita adalah benar.


1 komentar:

  1. Great... coba diubah warnanya agar bacaannya lebih jelas terlihat.

    BalasHapus